Kemarin, kami bertemu Pak Jopi Sugara, di kedai kopi Minang Maimbau, nagari Sungayang. Lokasi yang sangat indah, dikelilingi hamparan sawah dan udara lembah.
Cafe yang diapit gunung marapi dan gunung sago itu, menyisakan memori tersendiri. Menu nasi goreng dan teh talua nya, masih terngiang-ngiang.
Tapi jauh dari itu, Pak Jopi nan seorang guru, juga jurnalis di media kami, Sagonews dan SuaraSumbar punya narasi. Tongkrongan kami, tongkrongan ilmu pengetahuan.
Pak Jopi punya narasi, Indonesia dan daerah ini harus punya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), agar bisa membangun pabrik, membangun pusat - pusat industri, "karena kita punya sumber daya uranium," sebutnya.
Ide tersebut beliau adopsi dari salah satu amanat BJ. Habibie. Masuk ke dalam logika, bahwa kita di Sumatra Barat ini, mengandalkan PLTA, itu pun tagihan listriknya sudah membengkak hingga milyaran rupiah.
Persoalan lain yang penulis tanyakan kepada Pak Jopi adalah tentang LKS. Karena Pak Jopi seorang guru yang idealis, beliau langsung menjawab, "LKS itu kan Lembar Kerja Siswa, itu tanggung jawab guru untuk menyediakannya. Hanya saja, ada percetakan yang men-suply ke dinas pendidikan dan sekolah, sebenarnya itu tidak boleh," pungkasnya, Senin (26/5).
Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Angin gunung turun ke lembah, hampir 4 jam kami "maota" tentang ilmu, tentang silaturrahim dan tentang dunia jurnalistik hari ini yang terimbas "efisiensi."
Tapi, jamuan Pak Jopi sungguh memuaskan. Barakallahu fiikum. (frp)

.jpg)