Kegiatan ( MTQ ) Limakaum Menjadi Polemik Masyarakat , Kafilah Duduk Tanpa Alas



Tanah Datar, SagoNews Sabtu 11oktober 2025 - 

Ajang yang seharusnya menjadi syiar dan kebanggaan umat, justru berubah menjadi sorotan publik. Dalam pelaksanaan MTQ Nasional ke-VI tingkat Kecamatan Lima Kaum, pemandangan memilukan terjadi: para Qori dan Qoriah duduk di lantai halaman masjid tanpa alas maupun kursi, sementara tamu undangan menikmati kenyamanan di bawah tenda berisi deretan kursi empuk.

Sebanyak 80 khafilah dari lima nagari di Kecamatan Lima Kaum tampak menunggu acara pembukaan di bawah terik matahari. Mereka bersimpuh di atas lantai semen dingin halaman Masjid Raya Lima Kaum, menunggu acara dimulai.
"Padahal, para peserta itu bukan penonton, melainkan pembawa ayat-ayat suci Al-Qur’an — inti dari kegiatan MTQ itu sendiri," ujar salah seorang official peserta dengan nada kecewa.

Sebelum duduk di lantai, para peserta bahkan telah melakukan arak-arakan sejauh tiga kilometer sejak pukul 08.00 pagi, dari Lapangan Bola Lima Kaum menuju masjid. Usai perjalanan melelahkan itu, mereka tidak mendapat tempat duduk, apalagi hidangan penyambutan.

Pantauan SAGONEWS di lokasi memperlihatkan kontras yang menyayat hati
Para pejabat dan tamu kehormatan duduk santai di bawah tenda teduh, sementara para penghafal Al-Qur’an justru terlantar di bawah panas matahari.

Ketua LPTQ Kecamatan Lima Kaum, H. Zulhermi, S.Ag, mengakui kondisi memprihatinkan itu. Pernyataan Zulhermi ini memperkuat fakta bahwa ketidaksiapan panitia bukan sekadar isu, tetapi kenyataan di lapangan.

Camat Lima Kaum, Beni Oriza, SE, yang baru menjabat beberapa pekan lalu, juga tak menampik kekurangan tersebut. Ia menyebutkan keterbatasan anggaran dan pemotongan biaya sebagai penyebab utama, serta berjanji memperbaikinya menjelang MTQ tingkat Kabupaten Tanah Datar tahun 2026 di Pariangan.

Sementara itu, Walinagari Lima Kaum Fadli Tarmizi, SH, yang menjadi tuan rumah kegiatan, juga mengakui adanya kelalaian.

Nada kecewa datang pula dari Walinagari Cubadak, Anggerno Perawito, S.Pd., yang menyebut kegiatan itu “tidak pantas disebut acara kecamatan.”

Anggota DPRD Tanah Datar, H. Ir. Herri Wildani, ikut angkat bicara. Ia menilai peristiwa ini mencerminkan lemahnya perencanaan dan manajemen.

Wildani berkomitmen mendorong evaluasi dan penambahan anggaran MTQ agar peristiwa serupa tidak terulang.

Salah seorang warga bahkan menuturkan rasa kecewa mendalam.

Kritik keras masyarakat terus bermunculan, mempertanyakan di mana empati dan rasa hormat panitia terhadap pembawa kalam Ilahi.
Sebuah acara suci yang seharusnya menjadi kebanggaan, kini justru menjadi cermin buram lemahnya tanggung jawab dan kepedulian penyelenggara. (Sutan sati)